Ώ Antigen
adalah suatu substansi /zat asing yang jika masuk kedalam tubuh akan merangsang
sistem imun untuk menimbulkan antibodi
Ώ Antibodi
adalah zat yang terbentuk jika tubuh kemasukan Antigen
Ώ Antibodi, disebut juga imunoglobulin adalah glikkoprotein plasma
yang bersirkulasi dan dapat berinteraksi secara spesifik dengan determinan
antigenic yang merangsang pembentukan antibody, antibody disekresikan oleh sel
plasma yang terbentuk melalui proliferasi dan diferensiasi limfosit B.
Ώ Antibodi
sangat spesifik untuk antigen tertentu
Ώ Antibodi
alamiah adalah antibodi yang dibentuk secara alamiah didalam darah meskipun
antigen yang bersangkutan tidak ada.
Ώ Antibodi
alamiah inilah yang mengambil peranan dalam golongan darah manusia, tertama
dalam golongan darah A, B, AB dan O.
Ώ Antibodi
alamiah ada 2 jenis, yaitu : Antibodi A dan Antibodi B
Ώ Antigen
pada permukaan eritrosit ada 2 jenis Yaitu : antigen A dan Antigen B
Ώ Pada
seseorang didalam serumnya bisa terdapat 1 jenis antibodi alamiah, atau
keduanya atau tidak terdapat sama sekali.
Ώ Begitu
pula dengan antigen pada permukaan eritrosit, bisa terdapat 1 jenis antigen,
atau keduanya, atau tidak sama sekali.
Ώ Penemu
Golongan Darah : Dr. Karl Landsteiner
Ώ Golongan
darah seseorang ditentukan Oleh janis Antigen yang terdapat pada permukaan
eritrosit (sel darah merah)
Ώ
Antigen adalah struktur kimia yang
melekat pada permukaan sel darah merah. Sedangkan antibody adalah protein yang
mengambang pada cairan darah (terutama serum yang berhubungan dengan factor
kloting/pembeku darah). Karena suatu individu kadang mengamai alergi atau
infeksi oleh agen penyakit (TB, smallpox dan hepatitis), sehingga substansi
tersebut aktif melawannya. Prinsip dasar
dari serologi adalah setiap ada antigen akan terbentuk antibody yang spesifik.
Sehingga dengan demikian “semua golongan darah didefinisikan sebagai antigen
pada sel darah merahnya dan ada antibody terhadap antigen tersebut didalam
serumnya”.
Ώ
Antibodi untuk kekebalan
berkontribusi dalam tiga cara: mereka mencegah patogen memasuki atau merusak
sel dengan mengikat mereka, mereka merangsang penghapusan patogen oleh makrofag
dan sel-sel lain dengan lapisan patogen, dan mereka memicu penghancuran patogen
dengan merangsang respon imun lain seperti melengkapi jalur.
Ώ
Aktivasi
komplemen yaitu Antibodi yang mengikat ke permukaan antigen pada,
misalnya, bakteri menarik komponen pertama dari kaskade melengkapi dengan
daerah Fc mereka dan memulai aktivasi dari sistem "klasik"
melengkapi.
Ώ
Aktivasi sel
efektor yaitu Untuk memerangi patogen yang meniru sel luar, antibodi
mengikat patogen untuk menghubungkan mereka bersama-sama, menyebabkan mereka
untuk menggumpalkan. Karena
antibodi memiliki setidaknya dua paratopes bisa mengikat lebih dari satu
antigen dengan epitop yang identik mengikat dilakukan pada permukaan antigen
tersebut.
Ώ
Antibodi terdiri dari sekelompok protein serum globuler yang disebut sebagai immunoglobulin
(Ig). Sebuah molekul antibody umumnya mempunyai dua tempat
pengikatan antigen yang identik dan spesifik untuk epitop (determinan
antigenik) yang menyebabkan produksi antibody tersebut. Masing-masing molekul
antibody terriri atas empat rantai polipeptida, yaitu dua rantai berat (heavy
chain) yang identik dan dan dua rantai ringan (light chain)
yang identik, yang dihubungkan oleh jembatan disulfida untuk membentuk suatu
molekul berbentuk Y. Pada kedua ujung molekul berbentuk Y itu terdapat daerah
variabel (V) rantai berat dan ringan. Disebut demikian karena urutan asam amino
pada bagian ini sangat bervariasi dari satu antibodi ke antibodi yang lain.
Daerah V rantai berat dan daerah V rantai ringan secara bersama-sama membentuk
suatu kontur unik tempat pengikatan antigen milik antibodi. Interaksi antara
tempat pengikatan antigen dengan epitopnya mirip dengan interaksi enzim dan
substratnya: ikatan nonkovalen berganda terbentuk antara gugus-gugus kimia pada
masing-masing molekul.(Campbell).
Ώ
Jika kita pelajari serum dengan elektroforesis maka akan terlihat beberapa
fraksi protein dalam serum yang mempunyai kecepatan berlainan. Berturut-turut
akan dapat dibedakan puncak dari albumin, alpha 1, alpha 2, beta dan gama
globulin. Jika binatang pecobaan disuntik dengan antigen, misalnya polisakarida
dari kuman pneumokokus, maka pada elektroforesis serum akan tampak meningkatnya
puncak globulin terutama dari fraksi gama globulin. Dulu dikira bahwa antibodi
adalah sama dengan gama-globulin, tetapi kemudian ternyata ada globulin dari
fraksi lain yang dapat berfungsi sebagai antibody juga disebut immunoglobulin
tanpa menyebut fraksinya.
Ώ
Imunoglobulin dalam serum terutama terdiri dari fraksi protein yang
mempunyai berat molekul sekitar 150.000 (angka sedimentasi 7S) dan komponennya adalah
IgG, dan fraksi lain dengan berat molekul 900.000 (19S) yang ternyata IgM.
Ώ
IgE berukuran sedikit lebih besar dibandingkan dengan
molekul IgG dan hanya mewakili sebagian kecil dari total antibodi dalam darah.
Daerah ekor berikatan dengan reseptor pada sel mast dan basofil dan, ketika
dipicu oleh antigen, menyebabkan sel-sel itu membebaskan histamine dan zat
kimia lain yang menyebabkan reaksi alergi.
Ώ
Tempat Pembentukan Antibodi
Antibodi dibentuk oleh sel plasma
yang yang berasal dari diferensiasi sel B akibat adanya kontak dengan antigen.
Selama berdiferensiasi menjadi sel plasma, limfosit B membengkak karena
retikulum endoplasma kasar (tempat sintesis protein yang akan dikeluarkan)
sangat berkembang. Karena antibodi adalah protein, sel-sel plasma pada dasarnya
menjadi pabrik protein yang produktif, menghasilkan sampai dua ribu molekul
antibodi per detik. Sedemikian besarnya komitmen perangkat pembuat protein di
sel plasma untuk menghasilkan antibodi membuat sel tersebut tidak mampu
mempertahankan sintesis protein untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhannya
sendiri. Sebagai akibatnya, sel plasma mati dalam rentang waktu lima sampai
tujuh hari.
Ώ
Cara Pembentukan Antibodi
Mekanisme sebenarnya dari pembuatan
antibodi sebagai reaksi atas masuknya antigen masih belum diketahui secara
pasti. Hal ini memicu timbulnya beberapa teori yang memberi gambaran mengenai
sintesis antibodi ditinjau dari beberapa sudut.
Ώ
I. Teori Selektif
Teori ini menyatakan bahwa pada
permukaan setiap sel pembentuk antibodi di dalam tubuh terdapat gugusan-gugusan
kimia yang khas, yang disebut side chain, semacam reseptor yang
berfungsi seperti antibodi dan dapat mengikat antigen yang sesuai untuknya.
Antigen itu akan merusak reseptor yang berlebihan dan dilepaskan oleh sel ke
dalam serum sebagai antibodi. Teori ini kemudian ditinggalkan karena dianggap
tidak masuk akal bahwa untuk berbagai macam antigen yang tidak terbatas
banyakya telah disediakan resaptor yang sesuai pada permukaan sel.
Ώ
II. Teori Instruktif
Teori ini menyatakan bahwa antigen
bekerja sebagai cetakan atau template dan persediaan gamma-globulin di
dalam badan yang belum mempunyai bentuk tertentu kemudian menyesuaikan
bentuknya sehingga berupa bentuk komplementer dari antigen. Bentuk ini kemudian
dapat dipertahankan dengan ikatan-ikatan disulfida, ikatan-ikatan hydrogen dan
sebagainya. Teori ini tidak dapat dipertahankan setelah diketahui bahwa sifat
khas antibodi ditentukan oleh urutan asam amino di bagian variabel FAB (Fragment
Antigen Binding), yang pembentukannya ditentukan oleh suatu messenger
RNA dan perubahan mRNA tidak dapat terjadi secepat kontak dengan antigen.
Ώ
III. Teori Seleksi Klonal
Teori ini berdasarkan kemampuan
mutasi dan seleksi dari sel-sel tertentu di dalam tubuh sesuai dengan kemampuan
yang sama pada kuman. Sel yang berperan dalam reaksi kekebalan, sel limfosit,
hanya dapat mengikat satu jenis antigen. Kemampuan ini telah ada sejak lahir
dan merupakan sifat bawaaan. Dengan demikian maka sel-sel limfosit di dalam
tubuh merupakan kumpulan sel yang berlainan, ada yang dapat bereaksi dengan
satu antigen dan ada yang bereaksi dengan antigen lain. Bila antigen masuk ke
dalam tubuh ia diikat oleh reseptor pada permukaan limfosit yang cocok, dan sel
limfosit itu akan mengalami proliferasi dan membentuk satu clone. Sebagian dari
sel clone ini akan mengeluarkan antibodi dan sebagian lain akan menyebar
melalui aliran darah dan limfe ke dalam jaringan tubuh sebagai cadangan sel
yang sensitif terhadap antigen itu (memory cells). Antigen yang sama
apabila masuk ke dalam tubuh untuk kedua kalinya akan bertemu dengan sel
cadangan ini dan mengakibatkan terbentuknya antibodi yang lebih cepat dan lebih
banyak.
Langkah awal pembentukan antibodi
adalah fagositosis makrofag. Sel ini tidak membentuk antibodi, tapi mereka
membawa antigen dalam beberapa bentuk ke sel B. Hal ini merangsang sel B
berdiferensiasi membentuk plasma sel di mana sintesis rantai immunoglobulin
dimulai dalam poliribosom. Dengan antigen khusus, induksi respon antibodi
memerlukan kerja sama antara sel B dan sel T seperti makrofag. Mekanismenya
tidak diketahui.
Ώ
Respon Primer
Ketika hewan atau manusia diinjeksi
antigen, terjadilah respon imun primer yang ditandai dengan munculnya IgM
beberapa hari setelah pemaparan, sehingga ada kenaikan pendeteksian antibodi dalam
serum, bergantung pada rute infeksi dan dosis serta antigen alami. Konsentrasi
antibodi meningkat tajam dalam waktu 1-10 minggu, kemudian turun di bawah level
deteksi. Umumnya, IgM muncul lebih dahulu dari IgG dalam respon primer. Saat
antara antigen dan munculnya IgM disebut lag phase. Kadar IgM mencapai
puncaknya setelah kira-kira 7 hari. 6-7 hari setelah pemaparan, dalam serum
mulai dapat dideteksi IgG, sedangkan IgM mulai berkurang sebelum kadar IgG
mencapai puncaknya yaitu 10-14 hari setelah pemaparan antigen. Kadar antibodi
kemudian berkurang dan umumnya hanya sedikit yang dapat dideteksi 3-4 minggu
setelah pemaparan
Ώ
Respon sekunder
Ketika hewan atau manusia dinjeksi
kembali dengan antigen yang sama selama sebulan, atau beberapa tahun setelah
level antibodi primer menghilang, terjadi kenaikan tajam respon antibodi dari
respon primer. Terjadilah respon imun sekunder yang sering disebut sebagai juga
respon anamestik atau booster. Baik IgM maupun IgG cepat meningkat secara nyata
dengan lag phase yang pendek. Puncak kadar IgM pada respon sekunder ini pada
umumnya tidak melebihhi puncaknya pada respon promer, sebaliknya kadar IgG
meningkat jauh lebih tinggi dan jauh lebih lama. Hal ini agaknya berdasarkan
pertahanan sejumlah memori antigen sensitif yang substansial setelah kontak
awal dengan antigen. Memori pada respon sekunder terletak di sel B dan untuk
beberapa antigen di kedua sel B dan T selama respon kedua.
4.c. Faktor yang Mempengaruhi
Pembentukan Antibodi
Perbedaan dalam respon imun primer
dan sekunder , kadar antibodi yang dibentuk, lamanya lag phase dan lain-lain
sangat bergantung pada beberapa faktor, antara lain :
1. Jenis antigen
2. Dosis antigen yang diberikan ke
darah
3. Cara masuk antigen ke tubuh
4. Sensitivitas teknik yang
digunakan untuk mengukur antibodi
Pembentukan antibodi tidak
berlangsung tanpa batas, ada mekanisme control yang mengendalikan dan
menghentikaan pembentukan antibodi berlebihan. Beberapa di antara mekanisme
control itu adalah berkurangya kadar antigen, pengaturan oleh idiotip, dan
penekanan oleh sel T penekan.
Interaksi Antigen dan Antibodi
Secara garis
besar, interaksi antigen-antibodi adalah seperti bagan berikut:
1. Antigen/hapten masuk ke tubuh
melalui makanan,
2.
minuman,udara,injeksi,atau kontak langsung
3. Antigen berikatan dengan antibody
a. Histamine keluar dari sel mast dan basofil
i.
Timbul manifestasi alergi
Interaksi
antigen-antibodi dapat dikategorikan menjadi tingkat primer, sekunder, dan
tersier.
- Primer
Interaksi
tingkat primer adalah saat kejadian awal terikatnya antigen dengan antibody
pada situs identik yang kecil, bernama epitop.
- Sekunder
Interaksi
tingkat sekunder terdiri atas beberapa jenis interaksi, di antaranya:
1. Netralisasi
Adalah jika antibody secara fisik dapat menghalangi
sebagian antigen menimbulkan effect yang merugikan. Contohnya adalah dengan
mengikat toksin bakteri, antibody mencegah zat kimia ini berinteraksi dengan
sel yang rentan.
2. Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri
atau transfuse darah yang tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk
gumpalan.
3. Presipitasi
Adalah jika complex antigen-antibodi yang terbentuk
berukuran terlalu besar, sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di
larutan dan akhirnya mengendap.
4. Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibody yang berikatan dengan
antigen mampu mengikat reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan
fagositosis korban yang mengandung antigen tersebut.
5. Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibody ke antigen juga
menginduksi serangan sel pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa
dengan natural killer cell kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran
dilapisi oleh antibody sebelum dapat dihancurkan melalui proses lisis membran
plasmanya.
- Tersier
Interaksi
tingkat tersier adalah munculnya tanda-tanda biologic dari interaksi
antigen-antibodi yang dapat berguna atau merusak bagi penderitanya. Pengaruh
menguntungkan antara lain: aglutinasi bakteri, lisis bakteri, immnunitas
mikroba,dan lain-lain. Sedangkan pengaruh merusak antara lain: edema, reaksi
sitolitik berat, dan defisiensi yang menyebabkan kerentanan terhadap infeksi.
Contoh
Contoh-contoh antigen antara lain:
1. Bakteri
2. Virus
3. Sel darah yang asing
4. Sel-sel dari transplantasi organ
5. Toksin
Kadang terjadi kelainan fungsi
sistem kekebalan, dimana jaringn tubuh dikenali sebagai benda asing lalu
diserang sehingga terjadi reaksi autoimun.
Reaksi autoimun bisa dipicu oleh beberapa hal:
1. Suatu zat di dalam tubuh yang dalam keadaan normal
hanya terdapat di suatu daerah khusus (dan berada diluar jangkauan sistem
kekebalan) dilepaskan ke dalam sirkulasi umum.
Misalnya cairan di dalam bola mata dalam keadaan normal hanya terdapat
di dalam rongga bola mata. Jika suatu tusukan menyebabkan terlepasnya cairan
ini ke dalam aliran darah, maka sistem kekebalan akan bereaksi melawannya.
2. Perubahan pada suatu zat tubuh yang normal. Misalnya
virus, obat-obatan, cahaya matahari atau penyinaran bisa merubah struktur suatu
protein sehingga sistem kekebalan mengenalinya sebagai benda asing.
3. Sistem kekebalan memberikan respon terhadap zat asing
yang menyerupai zat tubuh alami dan menyerangnya sebagai benda asing.
4. Terjadi kelainan fungsi di dalam sel yang
mengendalikan pembentukan antibodi.
Misalnya limfosit B yang ganas bisa menghasilkan antibodi abnormal yang
menyerang sel darah merah.
Akibat dari suatu reaksi autoimun bervariasi:
- Demam
- Kerusakan berbagai jaringan, misalnya pembuluh darah, tulang rawan dan kulit
- Kerusakan organ
- Peradangan dan kerusakan jaringan bisa menyebabkan gagal ginjal, gangguan
pernafasan, kelainan fungsi jantung, nyeri, kelainan bentuk, delirium
dan kematian.
Sejumlah besar penyakit yang hampir dipastikan merupakan reaksi autoimun
adalah:
- Lupus eritematosus sistemik
- Miastenia gravis
- Penyakit Graves
- Tiroiditis Hashimoto
- Pemfigus
- Artritis rematoid
- Skleroderma dan Anemia pernisiosa.
Tim Nabel menemukan dua antibodi
dalam darah pasien terinfeksi HIV yang tidak sakit walaupun terinfeksi.
Orang-orang ini disebut non-progressors dan peneliti mempelajari sistem
kekebalan tubuh untuk mengetahui mengapa mereka mengendalikan virus lebih baik
daripada kebanyakan pasien.
Mereka kemudian menemukan sel sistem kekebalan tubuh disebut B-sel yang membuat
antibodi ini khusus, menggunakan perangkat molekul baru yang mereka temukan.
Dalam eksperimen lain, mereka berhasil membekukan salah satu antibodi dalam
proses penyambungan dan menetralkan virus, mendapatkan gambar tingkat-atom
dalam proses yang disebut x-ray kristalografi.
Mampu "melihat" seperti apa struktur tersebut memungkinkan para
peneliti merancang vaksin menggunakan proses yang disebut desain vaksin
rasional, yang serupa dengan suatu teknik membuat obat yang disebut rancangan
obat rasional, kata Nabel.
Vaksin juga memungkinkan untuk desain terapi gen guna membantu pasien membuat
antibodi itu sendiri, atau menggunakan teknik lama dengan transfusi antibodi secara
langsung.
Salah
satu antibodi, yang disebut VRC01, sebagian meniru cara sel kekebalan disebut
CD4 T-sel yang melekat pada sepotong virus AIDS yang disebut gp120.
"Antibodi
melekat pada bagian virus yang tak berubah, dan menjelaskan mengapa mereka
dapat menetralkan seperti berbagai jenis HIV yang luar biasa,"
kata Dr John Mascola, yang bekerja pada studi ini, dalam sebuah pernyataan.
Dengan menganalisis peran antibodi manusia bernama ADCC pada pasien HIV,
peneliti mampu mengidentifikasi keterlibatan virus dengan antibodi.
Profesor Stephen Kent dan salah
seorang koleganya menyebutkan, "Antibodi ADCC memiliki implikasi kuat
dalam perlindungan terhadap HIV dalam beberapa uji coba vaksin, tapi peran
mereka memang belum dipahami secara pasti."
"Hasil penelitian ini
menunjukkan virus HIV sangatlah mudah berpindah tempat, tapi terbukti pula
antibodi ADCC mampu mencegah virus tersebut berkembang lebih cepat dan
membuatnya lebih lemah," kata Kent.Tampak pula, antibodi ADCC yang bagus
bisa benar-benar digunakan untuk melawan infeksi melalui vaksin dan
menghentikannya.
Atas: Gambar-gambar
ini menunjukkan HIV-mengikat tiga antibodi 'segmen, yang menetralisir virus.
Para VRC01 dan VRC03 antibodi ditemukan dalam darah donor terinfeksi HIV di
Amerika Utara, sedangkan antibodi VRC-PG04 ditemukan dalam darah donor
terinfeksi HIV di Afrika. Bawah: melapiskan HIV mengikat segmen dari tiga
antibodi menunjukkan perbedaan dan persamaan struktural. Daerah-daerah yang
mirip memungkinkan ketiga antibodi untuk mengikat ke tempat yang sama pada
virus dan untuk menetralisir persentase yang tinggi dari jenis HIV dari seluruh
dunia. (Kredit: NIAID VRC)
ScienceDaily (11 Agustus 2011) - Para peneliti telah
melacak secara rinci bagaimana tertentu kuat menetralkan antibodi HIV
berevolusi, sebuah temuan yang menghasilkan petunjuk penting untuk memandu
desain vaksin pencegahan HIV, menurut sebuah penelitian yang muncul di Science
Express minggu ini. Penemuan dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh Vaccine
Research Center (VRC) di Institut Nasional Penyakit Alergi dan Infeksi (NIAID),
bagian dari Institut Kesehatan Nasional.
"Ini penelitian elegan membawa kita selangkah
lagi lebih dekat untuk vaksin HIV dan menetapkan suatu teknik baru ampuh untuk
mengevaluasi respon kekebalan tubuh manusia untuk vaksin eksperimental, tidak
hanya untuk HIV, tetapi untuk patogen umumnya," kata Direktur NIAID
Anthony S. Fauci, MD Temuan baru membangun pada penemuan tahun lalu dilaporkan
oleh para ilmuwan VRC tiga antibodi HIV, dua di antaranya bisa berhenti lebih
dari 90 persen dikenal jenis HIV global dari menginfeksi sel manusia di
laboratorium. Disebut VRC01, VRC02 dan VRC03, antibodi ini ditemukan pada darah
yang disumbangkan untuk studi NIAID oleh terinfeksi HIV Amerika Utara dikenal
sebagai donor 45. Dalam kertas baru, para ilmuwan melaporkan menemukan antibodi
mirip dengan VRC01 dalam darah dua terinfeksi HIV Afrika dikenal sebagai donor
dan donor 74 0219.
Para peneliti lebih lanjut menemukan bahwa
VRC01-seperti antibodi semua mengikat ke tempat yang sama tentang HIV dengan
cara yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa vaksin HIV harus mengandung replika
protein tempat ini, yang dikenal sebagai situs CD4 mengikat, untuk memperoleh
antibodi sekuat VRC01, menurut para peneliti. Situs CD4 mengikat adalah salah
satu dari beberapa bagian dari virus terus bermutasi yang tetap sama di varian
HIV di seluruh dunia, dan virus menggunakan situs ini untuk menempel pada sel
yang terinfeksi.
Para ilmuwan sebelumnya menemukan bahwa gen untuk
VRC01-seperti antibodi mengalami jumlah yang sangat tinggi mutasi - 70 sampai
90 - antara draft pertama yang kode untuk antibodi lemah dan versi terakhir
yang kode untuk sebuah antibodi yang dapat menetralisir HIV. Gen ini terletak
pada DNA sel kekebalan yang disebut sel B.
"Untuk membuat vaksin yang memunculkan VRC01-seperti antibodi, kita perlu
pelatih sel B untuk berkembang gen antibodi sepanjang salah satu beberapa
jalur, yang kita miliki sekarang diidentifikasi, dari bayi sampai bentuk
dewasa, HIV-pertempuran," kata VRC Gary J. Nabel Direktur, MD, Ph.D.
Untuk memandu sel B di sepanjang jalur evolusi
diperpanjang, para ilmuwan pertama yang dibutuhkan untuk memetakan rute. Mereka
mulai dengan memutar ke teknologi yang ada untuk urutan pengumpulan sel-B gen
yang kode untuk semua antibodi dibuat oleh sistem kekebalan tubuh seseorang.
Penelitian ini menandai kali pertama teknologi ini, disebut sekuensing
mendalam, telah digunakan untuk melacak evolusi dari respon antibodi terhadap
HIV pada tingkat genetik. Para peneliti NIH kemudian merancang teknik-teknik
canggih bioinformatika untuk menguraikan perpustakaan besar data genetik yang
dihasilkan oleh sekuensing mendalam.
"Kami menemukan cara untuk membaca buku, atau
gen, di perpustakaan ini dengan mendefinisikan karakteristik unik dari
VRC01-seperti antibodi," kata Peter Kwong, Ph.D., kepala bagian biologi
struktural VRC dan co-peneliti utama dari studi.
Berdasarkan penemuan mereka dari struktur umum dan
asal genetik dari VRC01-seperti antibodi, para ilmuwan menyusun strategi untuk
pemindaian perpustakaan DNA B-sel donor dan donor 45 74. Dari ratusan ribu gen
antibodi, para ilmuwan pertama kali diidentifikasi ribuan yang kode untuk
VRC01-seperti antibodi dan kemudian diurutkan gen ini ke dalam pohon keluarga
yang menunjukkan evolusi mereka dari tahap awal mereka menjadi bentuk dewasa.
Gen-gen yang kode untuk antibodi HIV menetralisir dikelompokkan bersama-sama
pada cabang yang sama dari pohon.
Selanjutnya, para peneliti berfokus pada segmen gen
yang mengkode bagian dari antibodi VRC01-seperti yang melekat pada dan
menetralkan HIV. Memeriksa urutan ini dalam gen dari kerabat baru ditemukan
VRC01 mengungkapkan bagaimana urutan berubah langkah demi langkah di sepanjang
salah satu dari beberapa jalur yang jelas dari kondisi semula menjadi bentuk
dewasa. Sebuah vaksin yang memunculkan VRC01-seperti antibodi akan perlu untuk
membujuk DNA sel B antibodi belum matang untuk berevolusi sepanjang salah satu
jalur tersebut.
Penelitian baru telah jauh-implikasi untuk pengembangan
vaksin. "Ketika kami mengembangkan dan
menguji vaksin HIV baru, maka akan mungkin untuk menganalisis tidak hanya
antibodi dalam darah, tetapi juga sel B spesifik gen yang bertanggung jawab
untuk memproduksi antibodi terhadap HIV," kata John R. Mascola, MD, wakil
direktur penyidik VRC dan co-penelitian. "Informasi ini akan menunjukkan
apakah vaksin HIV yang diteliti dalam percobaan praklinis atau klinis menuju ke
arah yang benar."
Para ilmuwan sekarang bertujuan untuk menciptakan
protein mereka dapat memberikan melalui vaksin untuk melayani sebagai
rambu-rambu yang mengarahkan perkembangan sel-B DNA untuk menghasilkan
VRC01-seperti antibodi.